Assalamu’alaikum…
Sesungguhnya Allah telah menciptakan sesuatu dengan sebaik-baik ciptaan. ada yang berpendapat, manusia adalah sebaik-baik ciptaan. ada yang sepakat dengan pendapat ini dan ada yang tidak sepakat. ada pula orang yang mengatakan laki-laki lebih sempurna dari pada wanita. saya pikir ini sangat tidak tepat.
saya pikir yang lebih tepat adalah, secar biologis laki-laki dan perempuan diciptakan dengan potensi dan fungsinya masing-masing. Sedangtkan Allah memberikan amanah kepada masing-masing berdasarkan kodratnya. antara keduanya harus saling kerja sama, agar tercipta kehidupan lebih baik.
Dalam konteks social dalam Islam, laki-laki dan perempuan sama-sama punya haq dan kewajiban yang sama. seperti bergaul, mencari nafkah, menuntut ilmu, memberikan pendidikan, berpolitik, dan dan-lain-lain. karena hal demikian laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki potensi, sama-sama mendapat amanah, haq dan kewajiban yang sama dari Allah SWT.
Begitu juga dalam masalah ibadah Mahdhah, Allah telah menetapkan kesamaan kewajiban dalam melaksanakannya. hanya saja berbeda dalam masalah teknisnya. seperti perempuan tidak wajib shalat, puasa dan membaca al-Qur’an apabila haid dan nifas. laki-laki berhak menjadi imam karenan Rasulullah mencontohkannya. sedangkan wanita boleh menjadi imam apabila tidak ada laki-laki yang ikut shalat dengan mereka. demikian yang saya ketahui dari yang saya baca.
Berbeda dengan wanita, tidak ada contoh sekalipun dibolehkan menjadi imam shalat selama laki-laki masih ada yang akan ikut dalam shalat mereka, kecuali amina wadud yang pernah mencontohkannya yang intelektualitas beliau dibesarkan oleh orientalis.
Menurut saya di dunia ini tidak ada yang setara, yang ada adalah saling melengkapi agar tercipta kebersamaan. kalaupun ada isu kesetaraan jender, itu semua lebih kepada mendonkrak semangat wanita untuk terus maju dan ikut bersaing dengan laki-laki dalam mengejar ketertinggalan. baik dalam konteks sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, kesempatan yang sama, politik, kebebasan berpendat, memecahkan masalah bersama, dan lain-lain. hal ini saya pikir dibenarkan dalam Islam.
Selama ini wanita memang termarginalkan oleh laki-laki dari yang demikian, semua itu terjadi lebih kepada budaya yang tidak baik yang mengakar ditengah-tengah masyarakat. dan pemahaman masyarakat terhadap teks agama yang tersalah. hal ini tidak hanya perempuan yang harus pemperbaikinya, tetapi juga laki-laki.
Lain halnya dengan masalah Ketetapan Ibadah mahdhah dalam islam, semuanya sudah sangat jelas, baik secara teknis maupun secara hukum. manusia hanya bisa mengikuti apa yang telah ditetapkan Allah, tidak berhak mengotak atik. sebab kalau sudah diotak-atik, seperti yang dilakukan Amina Wadud, tentu tata cara itu tidak lagi dari Allah, tapi dari amina wadud.
Dalam masalah Ibadah, ada yang bisa berubah hukumnya berdasarkan kebutuhan dan konteks, tetapi hanya ibadah Ghairu mahdhah. tidak Ibadah Mahdhah seperti Shalat berikut dengan teknisnya.
karena Rasulullah SAW bersabda, Shalatlah kamu seperti aku Shalat.
Masalah imam dalam shalat tidak ada indikasi pembodohan, merendahkan dan pelecehan terhadap wanita didalamnya. yang ada adalah ketundukan, sama-sama rendah dihadapan sang khaliq, tafakkur, Khusyuk, menyerahkan diri sepenuh hati kepada-Nya.
Dalam shalat tidak ada yang lebih tinggi dihadapan Allah, semuanya sama, termasuk Imam, dia hanya sebatas komando dalam munajad kepada Allah.
sekali lagi, Imam Shalat hanya komando dalam merendahkan diri kepada Allah secara fertikal. dia tidak berhak membuat keputusan apapun, kecuali menjalankan ketetapan yang sudah jelas.
Berbeda dengan masalah hak mendapat pendidikan, hah politik, hah bekerja, dan hak-hak yang lainnya dalam kehidupan social, perempuan harus mengejar ketertinggalannya, karena banyak sekali dalam Al-Qur’an perintah itu kita temukan.
Wallahu a’lam
Salam..sejahtera
Saya kagum atas kegigihan Duo Amina, dalam hal keberadaan wanita tidak kalah dan sama dengan pria. Sampai-sampai dalam hal keagamaan pun, eksistensi wanita dianggap bisa mewakili dan sama sejajar dengan pria. Untuk kegigihannya, saya pribadi tetap kagum.
Tapi ada hal-hal tertentu di dunia ini yang tidak bisa dianggap bahwa bila seorang pria mampu pasti wanita juga bisa melakukannya. Apakah berkaitan bahwa Tuhan itu Maha Adil. Ya..Tuhan itu adil tapi adil yang seperti apa?...Saya setuju dengan pemikiran Bpk Widada, bahwa secara kodrat pria dan wanita itu sosok berbeda dan diciptakan saling mengisi dalam menjalani kehidupannya. Dibelakang seorang pria yang sukses kehidupannya pasti tidak luput dari peran serta dan dukungan seorang wanita.
Tapi alangkah baiknya energi dan pemikiran duo Amina ini jangan sampai sia-sia hanya untuk berusaha menyetarakan gender. Tetap berbeda.
1. Secara umur pria lebih “tua” dari wanita. Allah SWT menciptakan Adam terlebih dahulu bukan Hawa, malah Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam. Berarti secara harfiah wanita tetap menjadi satu bagian tak terpisahkan dari keberadaan pria. Bukan wanita yang menentukan dan memimpin seorang pria.
Ini pemikiran secara kodrat. Mau dirubah?..mau protes… silakan langsung pada yang menciptakan.
2. Dalam hal-hal tertentu dan bidang tertentu, wanita bisa menjadi penentu dan pemimpin yang sangat profesional , saya angkat topi atas kejeniusan, kepandaian dan kemampuan mereka.Tapi tidak dalam hal agama. Itu berbeda. Bahkan Allah SWT pun punya pemikiran tersendiri. Dalam hal urusan agama atau wahyu yang diturunkan agar suatu kaum atau umat tidak sesat dan hancur pun...tidak pernah disampaikan pada sosok seorang wanita. Apakah ada seorang Nabi/Rosul itu seorang wanita?....kenapa harus pria?Ada apa dengan pria..kenapa bukan wanita?...itu yg harus direnungkan.
Bahkan bagi yang beragama lain pun.... setuju dengan pendapat saya.
Jadi jangan berharap didalam hal agama, doktrin atau kaidah yg sudah baku bahkan sudah di contohkan ini, dirubah dengan mengatas namakan hak asasi manusia.
Wassalam.
Salam....sejahtera buat semua.
Saya sangat kagum juga dengan pemikiran Amina dan semua yg telah memberikan komentar. Sebagai orang desa pemikiran saya simple sekali. Gusti Pangeran telah menciptakan pria dan wanita untuk hidup di dunia ini dengan proporsi yang sudah digariskan sesuai kodratnya. Ada hal-hal tertentu pria “terlihat” lebih dominan tapi pada hal-hal tertentu juga “wanita” justru berperan sangat penting. Menjadi pemimpin perusahaan? mengapa tidak? selama mampu dan mumpuni. Its Ok. Tetapi untuk menjadi pemimpin dalam keagamaan? Secara pribadi kalo boleh saya menilai di agama lain pun juga tidak di proporsikan seperti kaum pria. Bukannya diskriminatif tapi ada alasan tersendiri, ya katakanlah secara fisik dan psikis. Kalau boleh secara...maaf kasar dikatakan (maklum orang desa),...dalam agama Islam pun Nabi/Rasul pasti seorang pria, maaf apa ada ceritanya Nabi/Rasul seorang wanita?..itu kalo saya salah...atau di agama lain mungkin? (mudah-mudahan salah) Tapi mengapa? mudah-mudahan ada yang bisa menjawab. dan dijadikan bahan renungan.
Salam sejahtera.
Kurang apa sikap Islam dalam memandang wanita? perbedaan antara wanita dan pria sangat wajar karena melihat fisiknya saja sangat berbeda. Islam tidak pernah menilai rendah terhadap wanita, justru dalam Islam wanita adalah ratu yang harus dimuliakan dalam hal tertentu. Berikut ini adalah bukti bahwa Islam menghargai wanita:
1. Rasulullah pernah mengatakan bahwa surga ada ditelapak kaki ibu.
2. Jika seorang ayah dan ibu memerintah kita (anak) secara bersamaan namun dengan tujuan yang berbeda, maka yang mesti kita turuti adalah perintah ibu dulu baru perintah ayah.
ini baru sebagian kecil saja, kalau Anda ingin tahu lebih jelas, silahkan baca kitab Uqudu Aljain (murah kok), dan kitab2 Fiqh lainnya.
Anda tidak berwenang merubah hukum Islam walau dengan alasan modernsasi, karena Islam merupakan pedoman hidup. Semua ada aturannya dan bagiannya. Anda bisa modern tanpa merubah aturan baku.
Maaf saya tidak setuju dengan pendapat Anda
sekian dan terimakasih
Saya kira kita harus kembali membedakan mana itu sex dan mana itu gender. gender dapat terbagi menjadi dua yakni maskulin atau feminim sedangkan sex adalah pria atau laki laki dan perempuan.
saya melihat posisi perempuan dalam hal ini sebagai imam tidak dapat dipahami relevansiya dengan kesetaraan gender. saya melihat perempuan memiliki beberapa kekurangan tersendri secara fisik/ seperti kondisi dia saat menstruasi/ dan secara hormonal lebih memproduksi banyak estrogen/ pada gilirannya memperkuat kelemahan secara psikologis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar