Sabtu, 11 April 2009

Komentar NU

Assalamualaikum ww.
Saya sepakat dengan mas ‘bijak’ mengukur keislaman seseorang atau bahkan diri sendiri itu sangatlah mudah. Karena Islam itu memang simpel, rukunnya lima saja. Syahadat, sholat, shaum, zakat,haji, masing2 dengan rukunnya yang juga sangat simpel. Dua rukun pertama, memang fadu ain [wajib mutlak], tiga terakhir terutama zakat dan hajji, wajib jika mampu, dan ukuran2 kemampuan itu juga sudah jelas. Apa lagi? Ini masalah ritual, masalah hablumminannas juga simpel. Berdagang ada aturannya.Berpolitik juga. Bertetangga baik dengan sesama muslim maupun tidak juga sederhana saja. Yang halal yang haram sudah jelas, dan sebagian besar seseuai dengan nilai nilai universal yang dianut oleh sebagian bsar umat manusia. Cuma yang berbeda adalah hukumannya, oleh Islam lebih keras tapi berdasar pada prinsip keadilan. Yang berat dan sulit dari sudut pandang Islam adalah berjihad melawan’diri sendiri’dan juga membersihkan pikiran dari dari kepentingan2 tertentu terutama dalam mendalami Islam, ataupun menyikapi perbedaan faham yang semakin meruncing akhir2 ini. Rasanya mudah dipahami begitu Rsulullah wafat muncullah berbagai faham dan mazhab, sudah barang tentu dilatar belakangi oleh berbagai macam keoentingan. Baik yang bertujuan positip maupun negatip. Sayangnya yang menonjol adalah latar belakang kepentingan pribadi, kelompok, kekuasaan harta benda dll. Dan inilah yang kita warisi sekarang ini. Terjadi paradoks dlam dunia Islam, ‘orang’Islam mempelajari Islam tidak dari sumbernya atau di hulunya tapi dihilirnya. Okelah sekarang jika para pemikir atau orang2 yang menganggap dirinya sebagai pembaharu dalam Islam bisa mensterilkan diri pengaruh pemikiran para orientalis, setiap debat atau diskusi adalah semata mata untuk kecemerlangan Islam kita apresiasi, walaupun sebenarnya dalam Islam itu sudah tidak ada lagi yang perlu dperdebatkan. Karenanya saudara2ku marilah kita satukan tujuan, marilah kita masing2 memperbaharui iman kita, sebab jangan dikira begitu menganggap kita yang paling benar dan beriman jangan dikira tidak akan diuji, oleh sang Pencipta. Wallahu’alam.

Posted by djineman_rowoh on 03/27 at 03:57 PM

Dalam setiap zaman, NU selalu melahirkan cendikiawan2 muslim yang mewarnai pemikiran islam. Warna dan corak keislaman nusantara hendaknya menjadi kekayaan islam dalam bingkai keindonesiaan. Selamat Ultah NU semoga senantiasa memberikan pencerahan terhadap indonesia…

Posted by Enal on 03/08 at 06:28 PM

Pertama kabayan mohon maaf.... kabayan sadar sepenuhnya bahwa apapun takwil dan tafsir dari semua wacana di forum ini ....sejatinya ditulis oleh seorang manusia “siapun dia” pasti mempunyai subyektifitas.... maka sejujurnya kabayan tak ingin ada yang mempercayai dan menshahihkan untaian tulisan yang dirilis kabayan… kalo tanpa tabayyun kepada fenomena utuhnya di alam nyata.... Keterbatasan untaian tulisan inilah yang sejatinya ingin kabayan wanti-wantikan.... jangan sampai kita keliru melihat fenomena “kera” akibat orang sunda menuliskanya dengan untaian kata “lutung"… orang jawa dengan untaian kata “ketek” dan orang inggris menuliskan kata “monkey”. padahal digunjingkan sehebat apapun… didebat-kusirkan semalam suntuk pun… si kera adalah kera yang dapat kita “IQRO” fenomenanya secara utuh di alam nyata.... dan bahkan mungkin dia sedang terbahak-bahak menertawakan manusia seperti kita gara2 mempermasalahkan suatu untaian tulisan tentang dirinya… akibat adanya perbedaan ungkapan literal semata.... pingin tahu kera sesungguhnya mah tinggal lihat bersama-sama di alam nyatanya dengan segala panca indra walaupun tidak dijelmakan secara literal-pun ternyata sang kera adalah sang kera itu sendiri.... semoga semua ini adalah ibroh terhadap Agungnya Sunatullah atas ke-UMMI-an Rasululloh yang tak perlu lagi ditafsiri dengan pemaknaan “Buta Huruf” tetapi lebih tepat jika dimaknai sebagai “suatu kecerdasan manusia yang tidak sepenuhnya bergantung pada budaya literal” karena untaian tulisan (literal) akan berpotensi melahirkan makna multi-interpretasi dengan efek globalnya adalah memecah-belah pemikiran ummat dan menjauhkannya dari ke-Rahmat-an Dinul Islam..... Wassalam

Posted by kabayanist on 03/02 at 06:20 PM

Kang Kabayan yg baik, mungkin selamanya kita akan terus berbeda pendapat dan ini adalah sesuatu yg wajar2 saja. Pendapat saya bisa benar dan juga bisa salah, demikian juga dengan pendapat yg lainnya, di dunia ini memang tidak ada satupun pendapat yg tidak bisa di bantah oleh pendapat lainnya, jadi, tetaplah hanya Tuhan Allah dzat ingkang murbeng wiseso saja yg merupakan kebenaran mutlak dan abadi, Kita semua sebenarnya lemah, ringkih dan terbatas sehingga terus meraba2 dalam menggapai kebenaran yg hakiki. Oleh karena menyadari hal itu, saya kerap melazimkan istighfar, meminta pengampunan pd Tuhan atas segala pemikiran, perkataan dan perbuatan yg tidak sesuai dgn kebenaran yg di maksud Tuhan. Bukankah di dalam istighfar ada pengakuan bahwa kita lemah dan terbatas? Bukankah dalam istighfar ada ma’na tersirar tentang sebuah kepatuhan dan ketawadhu’an? Hasbunallah wani’mal wakiil.

Saya berharap mudah2an di suatu hari kelak kita bisa bersua di alam nyata, di alam nyata kita bisa berdialog dengan lebih jujur, terbuka dan bebas dari segala kepalsuan. Saya sering membayangkan duduk berhadapan dgn anda lalu kita berdialog, berdebat sekeras2nya atau berbicara tentang apapun sambil menyeruput kopi bersama, sesekali di iringi derai tawa riang. Ya, betapapun pendapat kita berbeda 417 drajat tp kita tidak harus memungkiri kalo kita sebenarnya adalah masih 1 keluarga besar dalam rumah tangga Tuhan yg sudah sepatutnya tetap saling mencintai, menghormati dan memaafkan. Mari kita saling memaafkan dalam hal2 yg kita tidak sepakat atasnya dan saling mendukung dan membantu dalam hal2 yg kita sepakati.

Ahir kata, saya ingin mengisahkan pada anda kang Kabayan, sebuah cerita tentang seorang Nabi yg bernama Ibrahim AS. Setiap hari, ketika Ibrahim akan makan pagi, terlebih dahulu mengundang orang2 untuk makan bersamanya. Di suatu pagi yg cerah, datang ke rumah Ibrahim seorang Majusi untuk ikut makan bersama Ibrahim, tetapi Ibrahim menolak orang Majusi itu dgn alasan apa yg di hidangkannya hanyalah untuk di makan oleh yg muslim2 dan hanif saja, akibat penolakan Ibrahim orang Majusi tersebut pulang dgn perasaan penuh kecewa. Selang beberapa saat, Tuhan menegur Ibrahim, wahai Ibrahim; apa hakmu menolak memberi makan Majusi itu? Bukankah Aku yg maha besar, maha kaya dan maha benar tidak pernah pilih kasih untuk memberi rizki pada siapapun tak terkecuali Majusi itu? Bukankah rizki yg ada padamu adalah Aku yg memberi? Mengapa hanya di monopoli untuk dirimu dan kaummu saja? Dengan kejadian itu, Ibrahim menjadi lebih terbuka dan tidak lagi memandang orang untuk diajak makan bersamanya. Atas kebenaran dan keabsahan cerita Ibrahim itu, terserah pada pilihan anda untuk mempercayainya atau tidak. Saya sendiri percaya kalau cerita itu adalah benar dan pernah terjadi.

Posted by Fatur rafael on 02/28 at 09:47 AM

mohon maaf mas fatur.... jika kami meminjam anda sebagai korban dari literalisasi Al-Qur’an… sehingga hanya untuk ber “syahadah” (tidak hanya baca kitab al-Qur’an saja)harus merujuk kepada sahabat nabi atau ulama yang ini atau yang itu.... pendek kata ketika ayat pertama diwahyukan kepada rasululloh tak secuilpun perintah baca tulisan, walau ulama dan ahli kitab menerjemahkan “IQRO” hanya dengan arti “bacalah’ yang merujuk hanya kepada baca tulisan. Yang jelas tak termaktub sedikit pun untaian ayat pertama yang diturunkan via malaikat jibril dalam bentuk untaian tulisan. Dan jika kita mau ber-hanif ria dengan didukung kesabaran.... maka serta merta kita akan terbimbing bahwa perintah “IQRO” bukanlah semata-mata diartikan baca tulisan.... Tetapi mau gimana lagi… rentang waktu pembiasan Al-Qur’an oleh penganut budaya literal telah sedemikian massive. Seakan tidak sah jika seseorang mengetahui dan bersyahadah kepada Al-Qur’an kalo tidak melalui baca “Kitab Al-Qur’an” terlebih dahulu. Sungguh tepat dalam salah satu ayat diterangkan bahwa ayat2 Alloh akan terpampang di segenap ufuk dan dalam diri manusia itu sendiri sehingga dengan demikian maka diketahuilah Bahwa “AL-QUR’AN” adalah benar..... fakta nyatanya adalah sebagaimana dirasakan atau dialami oleh orang warga indonesia yang sangat beruntung, yaitu almarhum bapak Muhtar Lubis ketika dengan seijin Alloh beliau disempatkan berjumpa dengan seorang ahli pertanian alami dari jepang yaitu tuan Masanobu Fukuoka.... pak muhtar lubis begitu tercengang ketika menyimak untaian hikmah dari mulut masanobu… karena substansi-nya berselaras dengan Al-Qur’an.... Padahal masanobu bukanlah muslim.... bahkan beliau mencerca semua agama yang diketahuinya… tetapi ketika ditanya oleh muhtar lubis apakah tahu didunia ini ada agama islam???… Masanobu berkata tidak mengetahuinya.... Bagaimana mungkin orang yang tak tahu ada agama islam tetapi dari lisannya terucap substansi Al-Qur’an??… jawabnya adalah karena Fenomena utuh Al-Qur’an awalnya bukanlah untaian tulisan… tetapi merupakan ayat Alloh yang terpampang di segenaf ufuk dan dalam kehidupan ummat manusia itu sendiri.... yang tak hanya melulu harus dibaca via kitab-kitab .... tetapi sejatinya dapat dengan mudah di"IQRO" di alam semesta ini sebagaimana dilakukan oleh masanobu sebagai ahli pertanian alami yang sumber ilmunya adalah alam raya ini termasuk fenomena manusia di dalamnya ....so ...mau bagaimana lagi???… kalo sekedar bangga dan sok benar hanya dengan bergantung dari makna tertulis???.... maka nikmatilah perbedaan penafsiran dari untaian makna tertulis yang ditulis “pasti” oleh seorang manusia yang tak mungkin terbebas dari subjektifitas ketika menuliskan untaian tulisan....dan akhirnya membiaskan fenomena utuh dari Al-Qur’an dan Dinul Islam itu sendiri. Maka Masanobu Fukuoka adalah contoh nyata di jaman mutakhir ini bahwa pengetahuan ttg Al-Qur’an tidak hanya dapat diperoleh melalui untaian tulisan saja .... Subhanalloh… Walhamdulillah Wallahu Akbar.....dengan demikian tinggallah kita ber “quantum leaf” ria.... jadikanlah untaian tulisan apapun hanyalah sebagai gerbang awal bagi kita dalam meraih pengetahuan hakiki dari suatu fenomena.... jangan sampai untaian tulisan itu membelenggu kita untuk menggapai pengetahuan lainnya yang tak bisa terjangkau hanya melalui langkah literalisasi.... Jikalau keberhasilan hidup manusia sejatinya harus bergantung kepada untaian tulisan!!!… niscaya Rasulullah yang UMMI adalah orang pertama yang kesekian yang akan tak berdaya dalam meraih sukses hidup di dunia ini… tetapi Subhanalloh ternyata sebaliknya… rasul secara tak terbantahkan Ke-UMMI-annya adalah seorang yang diutus untuk menyempurnakan Dinul Islam.... Wallahu ‘alam

Tidak ada komentar: