Minggu, 31 Mei 2009

Bumi antara Bencana dan Kemakmuran


Prof Dr Sukendar Asikin
(Guru Besar Geologi ITB)

Teori tektonik lempeng merupakan suatu teori baru yang sangat berkembang. Dalam teori ini, kulit bumi digambarkan terdiri atas kepingan-kepingan atau 'lempeng-lempeng' batuan atau litosfir, yang dapat bergerak satu terhadap lainnya dengan arah dan kecepatan yang berubah-ubah sepanjang zaman Astenosfir (upper mantle) yang bersifat semiplastis menghasilkan sel-sel arus konveksi yang dapat menggerakkan lempeng-lempeng kulit bumi yang terdiri atas batuan yang bersifat kaku. Sel-sel arus konveksi itulah yang merupakan mesin yang menciptakan sejumlah energi yang terkumpul dalam kulit bumi.

Energi akan terkumpul di tempat-tempat yang menyebabkan dua lempeng kulit bumi selalu bertemu atau berbenturan. Akibat dari benturan tersebut, batuan akan mengalami tegangan dari waktu ke waktu serta mengalami gesekan satu dengan lainnya yang mengakibatkan sebagian dari batuan itu akan leleh, lebur, dan membentuk massa yang leleh pijar yang disebut magma.

Gaya yang membangun energi dalam kulit bumi dinamakan gaya tektonik. Energi yang terkumpul dalam kulit bumi (batuan) itu sewaktu-waktu dapat terlepas. Karena, batuan yang menahannya sudah tidak mampu dan berwujud sebagai letusan gunung api akibat energi yang terkumpul dalam magma mendesak ke atas dan menyembur keluar.

Lepasnya energi yang umumnya terjadi secara tiba-tiba juga dapat disebabkan patahnya batuan (kulit bumi) akibat sudah tidak mampu lagi menahan tegangan. Patahnya batuan yang disertai dengan pergeseran akan disertai dengan munculnya gempa bumi.

Gaya tektonik yang bekerja dalam kulit bumi juga bertanggung jawab terhadap pembentukan cekungan-cekungan pengendapan akibat lenturnya kulit bumi. Kemudian, itu akan diisi dengan endapan-endapan sedimen yang dalam waktu lama akan menghimpun lapisan-lapisan batuan yang sangat tebal. Cekungan-cekungan seperti itu dikenal sebagai tempat-tempat terbentuknya sumber daya alam hidrokarbon (minyak dan gas bumi).

Kedudukan Pulau Jawa dalam tatanan tektonik yang berada di bagian tepi zona pertemuan antara dua lempeng litosfir, yaitu lempeng India-Auatralia yang bergeser ke utara dan lempeng Sunda di utaranya, menghasilan zona yang terdiri atas gunung api aktif dan sejumlah patahan, baik yang aktif maupun yang berpotensi aktif.

Sudah dapat dipastikan bahwa cekungan tersebut secara tektonis berada di suatu zona yang masih tektonik aktif yang dicirikan oleh lokasinya yang berada di belakang deretan gunung api yang masih aktif (Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Lawu, Gunung Wilis, dan sebagai).

Dalam ilmu tektonik, fenomena-fenomena alam yang berwujud sebagai gempa bumi, vulkanisme, atau meningkatnya kegiatan gunung api ditafsirkan sebagai respons dari gerak-gerak lempeng kulit bumi. Lempeng-Lempeng kulit bumi dimotori oleh sel-sel arus konveksi dalam astenisfir yang bergerak terus dengan kecepatan yang berbeda-beda.

Lempeng India-Australia terlihat bergeser ke utara, kemudian berbenturan dan menyusup di bawah Asia Tenggara. Zona di tempat-tempat di mana dua lempeng saling bertemu dan berbenturan akan merupakan tempat-tempat terjadinya pelenturan (deformasi) kulit bumi yang disertai oleh penghimpunan energi yang sewaktu-waktu dapat dilepas sebagai gempa bumi, vulkanisme, pembentukan cekungan, dan pegunungan. Cekungan yang berada di belakang jalur gunung api akan terus menurun selama gerak tektonik benturan terjadi. Kemudian, itu akan diisi oleh sedimen-sedimen yang berasal dari pengikisan pegunungan yang terus terangkat serta produk gunung api yang aktif yang secara berkala memuntahkan bahannya dan diangkut oleh sungai-sungai yang bermuara di-cekungan. Pengisian cekungan yang berlangsung cepat itu akan menambah tekanan pada cekungan yang berakibat ikut mendorong turunnya cekungan tersebut.

Pengisian cekungan yang cepat serta tekanan gaya tektonik mendorong lapisan batuan yang tebal yang bersifat lentur, seperti lempung, untuk naik ke atas melalui celah-celah dalam batuan yang berupa patahan-patahan. Fenomena seperti itu disebut gejala diapir. Apabila diapir-diapir seperti itu berhasil mencapai permukaan bumi, gejalanya dinamakan ekstrusi lumpur atau mud extrusion. Jika sifatnya yang agak kental sehingga membentuk kerucut seperti gunung api, itu dinamakan gunung (api) lumpur atau mudvolcano.

Pulau Jawa yang merupakan bagian dari zona (jalur) deformasi akibat pertemuan antara dua lempeng kulit bumi (litosfir), yaitu lempeng India-Australia yang bergeser ke utara dengan kecepatan 6.5 cm per tahun dengan lempeng Asia Tenggara (atau lempeng Sunda), akan mengalami tekanan gaya tektonik yang menyebabkan terkumpulnya sejumlah energi yang sewaktu-waktu dapat terbebas dalam bentuk gempa bumi, letusan, atau meningkatnya kegiatan gunung api serta pelenturan isi cekungan sehingga terlipat atau terpatahkan. Dalam kondisi tertentu, itu dapat memeras dan mendorong lapisan yang bersifat lentur ke atas permukaan dan membentuk aliran (ekstrusi) lumpur atau gunung lumpur.

Pada bulan Mei 2006, kita dikejutkan oleh terjadinya gempa bumi yang melanda Kota Yogyakarta. Padahal, sebelumnya, pada 2004 dan 2005, terjadi gempa bumi di Aceh dan Pulau Nias yang menimbulkan bencana tsunami yang menelan korban jiwa yang besar. Gempa bumi yang memorak-porandakan Kota Yogyakarta juga diikuti oleh menyembur dan mengalirnya lumpur di Sidoarjo di lokasi beberapa ratus meter dari lokasi pengeboran sumur Banjar Panji-1. Pada bulan itu, juga dilaporkan terjadinya peningkatan kegiatan Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Semeru di Jawa Timur. Bencana alam geologi dalam rentang waktu dua tahun tersebut (dalam hitungan waktu geologi adalah dianggap bersamaan) terjadi dalam zona pertemuan antara lempeng India-Australia dan lempeng Sunda.

Meningkatnya intensitas tektonik pada waktu itu telah menimbulkan bencana geologi gempa bumi, kegiatan gunung api, dan deformasi dalam cekungan pengendapan yang terletak di belakang busur gunung api. Untuk jenis cekungan yang mempunyai kondisi struktur dan proses sedimentasi yang khusus, itu dapat menimbulkan terjadinya bencana keluarnya lumpur diaper atau gunung lumpur.

Bumi yang resah memang merupakan sumber bencana. Namun, di balik itu, keluarnya bahan-bahan dari dalam perut bumi telah membuat wilayah di sekitarnya menjadi subur. Di bidang keilmuan (kebumian), para ilmuwan dapat mengetahui misteri apa yang ada dalam bumi serta bagaimana menghindari terjadinya bencana. Para peneliti juga mampu mengetahui bahan-bahan berasal dari dalam bumi yang dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran.

Keluarnya aliran lumpur di Sidoarjo yang telah berlangsung tiga tahun merupakan bencana alam geologi yang harus diterima dan diprediksi masih akan terus berlangsung. Dengan jumlah material yang demikian besarnya, mungkinkah di masa yang akan datang dapat memberikan manfaat bagi umat manusia. Ini merupakan tantangan bagi para peneliti untuk memulai meneliti manfaat dari bahan yang keluar dari perut bumi ini.

(-)

Tidak ada komentar: