Oleh: Asro Kamal Rokan
Didik Achmad Taufik terbaring tidak berdaya. Hidupnya sederhana. Gajinya sebagai supervisi satpam Hotel JW Marriott habis untuk membiayai kehidupan istri dan dua anaknya--Rafi Ansyah (7) dan Keisya Nailah (1,3)--yang masih kecil. Kini, wajah, bawah telinga, kaki, dan tangan lelaki itu terluka. Bom laknat pada Jumat (17/7) pagi itu membuat keluarga sederhana itu menderita.
Bom JW Marriott dan Ritz Carlon di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, menewaskan sembilan orang dan melukai puluhan lainnya. Para teroris--perencana, pelaku, pemberi dana, dan bahkan mereka yang mengetahui, namun melindungi--tentu menikmati hasil kekejian mereka, seperti drakula yang puas setelah mengisap darah.
Lihat pula ini: Chusnul Chotimah, 42 tahun, korban Bom Bali I Oktober 2002 lalu. Bom laknat itu membakar 60 persen tubuhnya. Kaki kirinya kini lumpuh. Warga Jln Hang Tuah Gang II Nomor 85, Sidoarjo, Jatim, itu menderita trauma dan cacat permanen. Setiap tiga bulan dia harus membayar Rp 900 ribu untuk pengobatan. Chusnul menderita selamanya.
Wahai para teroris, kami berkata kepadamu: Perbuatan biadabmu telah menyebabkan anak-anak kehilangan ayahnya, kehilangan kasih sayang selamanya. Orang-orang tidak berdosa--bahkan di antara mereka mungkin saja saudaramu--bersimbah darah, cacat selamanya, dan lumpuh. Padahal, mereka tidak bersalah apa pun padamu, bahkan tidak pernah menjentikkan jari padamu.
Wahai para teroris, kami berkata padamu: Apakah kamu beragama? Apa pun agamamu membunuh pasti dilarang. Apalagi dalam agama Islam yang memuliakan kasih sayang dan mencintai sesama manusia. Seandainya perang sekalipun, diwajibkan melindungi perempuan, anak-anak, hewan, tumbuhan, dan bahkan mengobati musuhmu yang cedera dan tidak berdaya, seperti Salahuddin Al Ayyubi yang mengobati musuh utamanya, Richard I Lion Heart of England.
Jika kau mengaku beragama Islam, agama damai ini mengajarkanmu bahwa apabila kau membunuh suatu jiwa yang tidak bersalah, itu sama artimya kau telah membunuh manusia seluruhnya. Bahkan, Rasulullah berkata, "Masuk neraka seseorang yang dengan sengaja tidak memberi makan kucingnya hingga kucing itu mati."
Wahai para teroris, kami berkata padamu: Kau tentulah orang-orang dungu dan sakit jiwa. Kau melawan musuhmu dengan cara membunuh orang lain, yang mungkin saudaramu sendiri, yang tidak punya sangkut paut dengan musuhmu. Dan, kau tentu tahu musuh-musuhmu tidak terpengaruh apa pun atas bom yang kau ledakkan. Tidakkah ini pekerjaan orang-orang dungu dan sakit jiwa?
Wahai para teroris, kami berkata padamu: Kau telah menjadikan rakyat bangsa ini menjadi musuhmu, padahal kami tidak pernah menyakitimu. Di mana hatimu, jiwamu, menjadikan rakyat bangsa ini menderita karena kebiadabanmu, nafsu jahatmu, kepengecutanmu. Bagaimana bisa hatimu tenang, tidurmu nyenyak--dan bahkan kau berdoa untuk keselamatan diri dan keluargamu--sementara darah tergenang, kepala dan badannya terlepas karena kebiadabanmu?
Kau teroris, kami berkata padamu: Apabila ibu, anak, istri, dan keluargamu terbunuh, bagaimana perasaanmu? Jika kau manusia dan memiliki hati, pasti kau marah dan bahkan mungkin menjadi gila. Dapatkah kau mengatakan orang-orang yang kau cintai itu tewas sebagai bagian dari perjuangan, sementara mereka tidak ada hubungan apa pun dengan rencanamu. Mereka tidak berdosa, namun tewas berlumur darah.
Kami berkata padamu: Demi ibumu--yang melahirkan, menyusui, berdoa agar kau menjadi anak yang baik dan berbakti--berhentilah membunuh, menyebar teror. Jangan biarkan darah mengalir, seperti darah yang mengalir dari rahim ibumu dengan kesakitan ketika melahirkanmu. Menyerahlah dan bertobatlah. Ibumu yang telah wafat atau masih hidup pasti bangga punya anak yang pandai minta maaf, pandai mengasihi sesamanya, bukan orang-orang bengis dan dungu.
Kami berkata padamu dengan sungguh-sungguh: Berhentilah membunuh. Ketika kau membunuh orang-orang tidak bersalah padamu, sama saja kau membunuh seluruh manusia, termasuk ibumu dan keluargamu. Bagaimana kau bisa mendapatkan surga jika kau dengan sengaja dan sangat biadab membunuh saudara-saudaramu?
Jumat, 24 Juli 2009
Wahai Teroris, Apakah Kamu Beragama?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar